Tag Archives: gemar membaca

Turn OFF TV, Turn ON Live!

Hari ini, sudah berjalan beberapa tahun sejak pemberlakuan STOP menonton acara TV di rumah. Bahkan di Amerika, gerakan “Turn OFF TV” sudah lama digalakkan oleh masyarakat disana karena lebih banyak dampak psikologis negatifnya terhadap perilaku masyarakat dan perkembangan anak-anak. Selengkapnya bisa di cek ke sini atau ke sini

Saya dan istri sepakat untuk tidak menonton acara TV lokal dan internasional di rumah kami. Kami ingin membiasakan diri  dan anak-anak kami untuk tidak tergantung pada acara TV sebagai hiburan dan media mencari pengetahuan.

Berawal dari kekhawatiran saya pribadi dengan berbagai tayangan acara TV lokal yg berdampak negatif terhadap anak-anak, saya mulai mencari cara untuk bisa menghilangkan kebiasaan menonton TV bagi istri dan anak-anak saya di rumah. Istri saya suka Sinetron, anak2 saya suka nonton film dan hiburan lain. Dan ironisnya, dulu anak & istri saya kerap mengkonsumsi acara infotainment dan berita2 dengan tampilan audio & visual yg cukup vulgar (pembunuhan, tabrakan, pengeroyokan, perselingkuhan, perkelahian, mayat2 korban yg di sorot dgn jelas dll) dirumah bersama-sama sebagai media informasi dan menghabiskan waktu luang di rumah.

Saya ingat, saya pernah meminta seorang pelayan restoran mengganti channel TV krn menyetel berita pembuhuhan di acara berita siang dgn tampilan vulgar krn memang mengganggu selera makan saya, dan beberapa pengunjung yg kebetulan datangpun setuju untuk mengganti channel TV dgn tampilan yg lebih ringan. Tampaknya etika berita acara TV tidak terkontrol dengan baik jam penayangannya.

Selain beberapa concerns di atas, kekhawatiran utama saya adalah dampak TV terhadap perkembangan anak-anak saya nantinya. kekhawatiran saya bukanlan isapan jempol paranoid yg berlebihan, krn survey juga membuktikan bahwa anak2 yang terlalu sering menonton TV akan memiliki penurunan tingkat kecerdasan dan kreatifitas. Karena kegiatan “menonton” yg bersifat pasif menyebabkan kurang terpicunya kreatifitas dan kecerdasan anak secara psikologis, bahkan kerap anak-anak yang kecanduan TV akan lebih sering menolak ajakan dan perintah orang tuanya secara spontan. Hal ini tentu mengganggu hubungan antara anak dan orang tua sehingga tugas orangtua dalam mendidik anak akan bertambah sulit.

Di sisi lain orangtuapun harus lebih jeli mem-filter bentuk tontonan anak dan memberikan sterilisasi informasi yg diterima agar anak tidak terjebak dalam opininya yang masih lugu. Pertanyaannya…apabila kita masih mengharap TV sebagai media informasi dan pengetahuan yg dominan, apakah kita bisa menjamin waktu kita untuk mendampingi anak menonton TV dan mem-filter tontonan mereka setiap saat? Masih banyak alternatif media lain untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan bagi kita dan anak2…buku, koran, majalah dan pergaulan masyakarat di sekitar. Atau banyak juga alternatif VCD/DVD film2 khusus anak2 sebagai hiburan yg lebih bisa di kotrol jenis tontonannya bagi anak2 kita untuk dikonsumsi.

Apa yang saya rasakan setelah beberapa tahun hidup tanpa acara TV adalah kecenderungan interaksi kita (orang tua) dan anak jadi terjalin lebih bagus dan anak kerap jadi lebih ‘membutuhkan’ kita sebagai partner dalam berdiskusi maupun belajar. Selain itu kreatifitas merekapun juga tidak tumpul dan yang paling mencolok adalah mereka semuanya jadi gemar membaca! Subhanallah…

Iya, membaca adalah perintah Allah swt, tuhan yang kami sembah melalui utusannya Muhammad Rasulullah SAW. Iqro…bacalah! demikianlah ayat pertama alqur’an dan perintah pertama yang turun kepada baginda Rasulullah untuk selanjutnya diteruskan kepada ummatnya untuk di ikuti. Membaca membuat imajinasi, wawasan, kreatifitas berfikir dan stimulasi otak anak2 kita jadi lebih terasah. Dan utamanya kebiasaan membaca akan bisa melahirkan generasi pembaca dan pengkaji ayat-ayat kitab suci Alqur’an sebagai pedoman hidup kami selaku ummat muslim.

Dampak positif yang jauuuh lebih besarpun kami dapatkan setelah kami matikan TV beberapa tahun lalu. Salah satu dampaknya adalah hubungan rumah tangga yang lebih harmonis krn kami lebih memilih bercengkrama bersama untuk mengisi waktu luang tanpa suara & tampilan TV di rumah. Saya kerap mendongeng buat anak dan memiliki waktu yg lebih banyak dengan istri untuk saling sharing berbagai hal. Selain itu saya dan istri jadi lebih intens memperbaiki ibadah dan mendalami berbagai hal yg berkenaan dgn keagamaan sebagai pilar kehidupan keluarga kami untuk terwujudnya keluarga yang lebih sakinah, mawaddah wa rohmah.

Rasanya lelah hati ini merasakan cueknya pemerintah sebagai pembuat regulasi & pengawas serta peran pelaku industri media TV untuk membenahi tayangan TV agar lebih berdampak postifi thd masyarakat utamanya generasi cilik dan pemuda sebagai generasi penerus. Iya…apalagi kalau bukan urusan rating, duit dan sensasi.

Akhirul kalam… Kita diberkahi akal dan hati untuk mempertimbangkan segala hal bagi kemashlahatan diri & keluarga kita, karena sejatinya apapun yang kita lakukan untuk keluarga akan dimintai pertanggung jawaban di yaumil akhir (hari akhir) kelak di hadapan Allah azza wa jalla. Tuhan kami, Yang Maha kuasa…Maha Agung…Maha Suci. Subhanallah wa bihamdi…

Wallahu’alam.