Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol

Ia juga dikenal sebagai pencetus lahirnya falsafah hidup orang Minang.
Tak ada yang menyangsikan betapa gigihnya Tuanku Imam Bonjol saat berjuang melawan penjajah Belanda di abad ke-19.
Pantaslah, jika kemudian gelar pahlawan nasional disematkan kepadanya sekitar 39 tahun silam.
Namun, sejatinya ada yang luar biasa dari sosok bernama asli Muhammad Shahab itu dari sekadar berperang melawan penjajah. Dialah salah satu tokoh revolusioner pergerakan Islam di negeri ini.

Dalam buku berjudul “Pergerakan Pemikiran Islam di Minangkabau”, Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar menulis, Imam Bonjol telah melakukan perubahan besar melalui benturan nilai Islam terhadap tradisi masyarakat Minangkabau. Ia juga menyebut Imam Bonjol sebagai tokoh gerakan pembaru Islam.

Dalam catatan lainnya, Imam Bonjol juga disebut sebagai pencetus lahirnya falsafah hidup orang Minang. Nilai falsafah itu adalah adat basandi syarak (adat berdasarkan agama), dan syarak basandi kitabullah (agama berdasarkan kitabullah).

Falsafah hidup ini dilahirkan dari Plakat Puncak Pato di Tabek Patah yang mempersatukan kaum adat dan kaum Padri untuk berjuang bersama melawan Belanda. Continue reading

Air kolam kepada Batu

 1615441-kolam-batu-koral--620X310

Batu…kamu nampak keras dan bersahaja menerawangi angin hati yang kadang terpuruk mengaliri kesemuan dunia ini. Semu yang nyata dan kenyataan yang semu hingga layak disebut kenyataan yang sesungguhnya.

Batu…kadang kau tebar senyum kepadaku di kolam itu  lalu kudapati keindahanmu pada bayangan diriku, menyapaku penuh kaku meski dalam lubuk bebatuanmu terdapat kelembutan selaksa awan putih bersih yang perlahan tapi pasti, bergerak.

Aku kadang ke kiri, ke kanan dan ke bawah…aku tak kuasa ke atas, ke tempatmu karena akan menyatu dengan cairan alam lainnya yang sama sekali tidak semu namun tak nyata.

Aku memandangi kilaumu di saat awan bergerak menuju pelukan birunya langit, terkadang… itupun terlarang.

Batu…aku dapat melindungimu dengan luasku yang begitu luas, melindungimu dengan kelembutanku dan melapisimu dengan sejuknya selimut lumut tanda kasih sayangku kepadamu.

Namun tampaknya aku selaku air nan cair tak berharap akan bersama kehebatan kilau dan indahmu dalam jumlah lebih kecil. Karena dengan demikian aku hanya bisa melekat pada kerasmu untuk kemudian menguap dan hilang tanpa bekas terbang bersama udara menuju hampa.

Tampaknya kita akan tetap seperti ini…kau akan tetap disamping kolam itu sementara aku di dasarnya, memenuhi kubiknya dan menjadikan indah kolam dan taman ini meski kau tak mungkin masuk kedalamnya dan ku peluk dengan sejuknya lumut cinta.

Aku bening di permukaan, gelap di dasar. Sebening kau lihat aku, segelap harapan hampa akan kehadiranmu yang kupeluk sejuk.

Moi – November 2010

Karena teladan, bukan penelitian

Di beberapa postingan dalam blog saya ini ada beberapa kutipan hadist yang mencantumkan hasil penelitian ilmiah dan medis dari hadist tersebut. Beberapa hadist yang secara ilmiah dan medis sangat bermanfaat thd kehidupan manusia. Contoh hadistnya ada disini, disini dan disini.

Muhammad SAW adalah seorang yg mulia yg keberadaannya sudah dipersiapkan dan sudah di informasikan berabad-abad bahkan sebelum kakeknya beliau  sendiri lahir di dunia. Informasi ini dilanjutkan secara berantai dan di dokumentasikan dalam kitab-kitab suci agama samawi di dunia ini. Dari ALLAH swt sebagai pencipta kita semua, kepada para utusan sebelum Muhammad SAW.

Kehidupan Muhammad kecil hingga dewasa sangat terjaga dan dijaga dari segala macam hal-hal yg bersifat tidak berguna, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Pernah beliau terpesona dengan lantunan syair seorang penyair cantik di Mekkah, lalu ALLAH swt meniupkan hawa tidur yang nyenyak yang membuat Muhammad muda tertidur dan melupakan lantunan syair dan wanita pelantunnya tersebut. Begitulah salah satu cara ALLAH swt menjaga kemuliaan sifat dan sikap seorang Muhammad sejak muda hingga dia diresmikan sebagai seorang Rasul bagi ummat manusia.

Bukan hanya penjagaan secara fisik yang dilakukan oleh ALLAH swt kepada Muhammad, juga secara rohani dan kemurnian hati yang indah dan tetap terjaga indah hingga akhir hayat beliau.

Pertanyaannya, kenapa ALLAH subhanahu wa ta’ala melakukan itu semua? Continue reading

Jenderal Bintang 9, Jenderal no. 1 di dunia!

Seumur hidup saya, belum pernah melihat beliau berdiri tegak sejajar dengan tinggi saya maupun berjalan berdampingan dengan saya seperti kebanyakan ayah dan anak di dunia ini.

Seumur hidup saya, harus saya tundukkan kepala ini atau berjongkok pertanda hormat sekaligus mensejajarkan diri dengan beliau untuk dapat bersenda gurau bersama beliau atau sekedar mendengarkan cerita dan nasihat beliau kepada kami, anak-anaknya. Beliau begitu tegas, lugas dan lantang dalam berbicara. Pertanda ketegaran beliau dalam menghadapi hidup selama puluhan tahun dalam kondisi lumpuh, tidak dapat berdiri dan harus puas melakukan aktivitas apapun dlm kondisi berjongkok lalu duduk kembali di singgasananya.

Selepas bertugas di Irian jaya, sekitar tahun 70-an beliau mengundurkan diri dari ABRI (sekarang TNI namanya) karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertugas. Bu Le’ saya pernah cerita, bahwa beliau dulu gagah sekali setiap kali pulang ke rumah di Solo dengan mengenakan seragam ABRI angkatan darat. “Bapakmu dulu gagah sekali, bu le’ seneng lihat dia kalo pulang dan pergi dari rumah pake seragam ABRI” penggalan cerita itu yang kadang membuat saya sedih dan membayangkan seperti apa kegagahan bapak kalau berdiri tegak menopang senjata dan berjuang untuk negeri ini… 😦 Continue reading

Day One…

Wajah Ibu Muslimah tegang di siang itu, sudah terkumpul 9 orang anak yang akan menjadi muridnya. Harapannya sangat besar akan adanya 1 anak lagi sebagai muridnya agar syarat 10 murid terpenuhi untuk memulai kelas baru. Saya bisa merasakan keinginannya yang besar untuk menjadi guru bagi mereka, mereka yang tergolong sebagai anak-anak marjinal di pesisir sumatera yg berada pada pertengahan nasib…bekerja sebagai kuli di perusahaan timah atau sekolah.

“Semestinya hari ini adalah hari pertama saya menjadi guru pak” begitulah kira-kira dialog Ibu Muslimah kepada kepala sekolah dengan mata yang terus memandang ke arah lain mencari 1 anak tambahan sebagai muridnya, lalu pada scene lain di tampilkan sosok seorang Harun sebagai murid terakhir yang melengkapi kebahagiaan akan impian Ibu Muslimah, menjadi guru.

Continue reading

Simpul Baru

Friends, It is with mixed emotions that I send this email. As you may know, today is my last working day….etc.

Di atas adalah sekelumit potongan kata-kata saya yang tertulis diantara berjuta fikiran dan tulisan yang sempat mampir untuk ditulis pada alamat email yang tak akan saya pakai lagi untuk waktu yang lama.

Sebuah email perpisahan kepada rekan-rekan di kantor. Sebenarnya itu bukan perpisahan tapi perluasan pintu silaturahim. Pintu baru bagi kehidupan baru akan terbuka bagi siapa saja yg bisa memanfaatkannya.

Bukan perkara saya kehilangan sahabat atau sahabat saya kehilangan saya, tapi perkara bahwa saya akan menjadi media bagi sahabat saya dalam memperluas tali silaturahim baik bagi saya maupun sahabat saya saat ini. Saya akan menjadi mata dan simpul baru ditempat yang baru. Begitu juga dengan berbagai ilmu dan pengalaman tempat yang lama, akan menjadi hikmah baru bagi sahabat baru saya nanti.

Kita saling mengisi, saling mengait melalui simpul baru, Saya.

Continue reading

Friends

Dulu sering saya mempermainkan sahabat-sehabat sekerja saya sewaktu sedang berkumpul bersama entah di dalam mobil ataupun di kantor. Dengan wajah (pura-pura) sedih saya meminta perhatian sahabat-sahabat saya itu untuk mendengarkan sesuatu yg akan saya bicarakan. “Gue mau resign…” lalu mereka terdiam untuk selang beberapa lama kemudian bertanya dengan penuh semangat “ah yang bener lo?!!! Kapaan ?!! Udah final nih? ke perusahaan mana?” begitulah pertanyaan-pertanyaan mereka bertubi-tubi dengan penuh harap akan jawaban saya dan kesedihan yang terlihat di wajah mereka. Sementara setelah itu dengan tenangnya saya akan menjawab “ yah gue mau resign…entah kapan, suatu saat khan gue pasti resign, elo juga khan? hahahaha” saya tertawa terbahak-bahak karena sudah berhasil membuat mereka panik dan sedih sesaat. Puas rasanya. Dan itu saya lakukan beberapa kali di beberapa kesempatan kepada kumpulan sahabat yg berbeda. Puas rasanya.

Tapi sekarang…

Continue reading

Ironi Engkong Maman, Ironi Kita…

Pagi hari di sabtu yang indah, saya beserta keluarga menikmat pagi di teras rumah kami. Menikmati satu teko teh hangat berteman kue lupis yang berlapis cairan gula merah yang benar-benar membuat pagi itu menjadi pagi yang sempurna bagi kebersamaan kita sekeluarga di teras rumah.

Tak lama berselang ditengah canda tawa kami dan kelakar saya kepada anak-anak yang sangat menikmati kebersamaan bersama saya dan mamanya, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah kegiatan seseorang di sudut depan rumah kami, tempat sampah. Tempat sampah itu berjarak sekitar 7 meter di sebrang rumah kami dan disitu terlihat seseorang yang sudah tidak asing lagi bagi kami sejak 5 tahun lalu kami pindah ke rumah baru kami di Bekasi.

Terlihat sibuk Engkong Maman (bukan nama sebenarnya) menyapu bersih sampah-sampah hasil kegiatan rumah tangga beberapa rumah di blok lokasi rumah kami. Biasanya Engkong Maman mengambil sampah setiap 2 hari sekali dan membuangnya ke suatu tempat pembuangan akhir sampah di daerah kami.

Continue reading

Merayakan hilangnya waktu?

Menelusuri kembali blog muhasabah milad saya yang ke 35 pada postingan ini, membuat saya berfikir akan bentuk perubahan yang saya capai selama setahun ini.  Terngiang jelas wejangan Imam Al Ghazali tentang makna waktu bahwa “Yang terjauh dari diri seorang manusia adalah MASA LALUnya”.

Hari ini, persis 2 hari setelah milad ke 36 tahun hitungan dunia keberadaan saya di dunia fana dan semu ini. 1 tahun berkurang jatah hidup dan 1 tahun bertambah hitungan mundur sisa hidup saya.

Tulisan ini ada diiringi lagu Opick berjudul “Bila waktu telah berakhir” kira-kira syairnya spt ini;

Bila waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah amal. Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi.

Kemudian terngiang di fikiran saya akan nasihat Iman Al Ghazali yang lain bahwa “Yang terdekat dari seorang manusia adalah KEMATIANnya sendiri”. Betapa sebuah nasihat yang luar biasa bermakna, sangat menyentuh dan tentunya sarat dengan ilmu illahi yang sangat dalam untuk digali lebih lanjut. Sebuah perjalanan panjang yang akan saya hadapi nanti, anda juga akan menghadapinya. Pertanyaannya, Are you ready? Ready gak ready yaah musti ready-laah… 😉 Continue reading